Dalam kesempatan untuk mengenang kembali Supersemar, yang selama 32
tahun Orde Baru telah dipamerkan oleh pendukung-pendukung rejim militer
Orde Baru sebagai peristiwa besejarah untuk “menyelamatkan negara dan
bangsa Indonesia”, berbagai orang telah mengemukakan pendapat dan
perasaan mereka.
Di antara mereka itu terdapat tokoh-tokoh korban peristiwa 65 dan
eks-tapol seperti Ibrahim Isa (dari Nederland), Gutav Dupe (dari
Jakarta) , Utomo S (pimpinan LPR-KROB). Sejarawan Asvi Warman Adam
membuat tulisan yang amat menarik sekali yang berjudul « Supersemar dan
kudeta merangkak MPRS », yang mengurai berbagai persoalan dan mengajukan
bahan-bahan baru untuk renungan kita bersama. Harian Kompas dan Sinar
Harapan juga menyiarkan tulisan-tulisan yang menarik mengenai masalah
ini.
SUPERSEMAR MENCELAKAKAN BANGSA DAN NEGARA
Dari tulisan-tulisan yang baru-baru ini dapat dibaca, jelaslah
kiranya bahwa Suharto dkk (artinya : Angkatan Darat dengan dukungan
berbagai golongan reaksioner dalamnegeri dan luarnegeri) telah
menjadikan Surat Perintah Sebelas Maret sebagai puncak pembangkangan,
pemboikotan dan pengkhianatan terhadap presiden Sukarno.
Pembangkangan, pemboikotan dan pengkhianatan terhadap presiden
Sukarno ini didahului dengan pembunuhan besar-besaran terhadap 3 juta
anggota dan simpatisan PKI, dan penahanan sewenang-wenang terhadap
sekitar 2 juta orang tidak bersalah apa-apa, serta penyebaran terror di
seluruh negeri. Ini semua dilakukan oleh golongan militer (terutama
Angkatan Darat), tanpa persetujuan presiden Sukarno.
Sesudah peristiwa Supersemar (11 Maret 1966) pembangkangan dan
pengkhianatan terhadap presiden Sukarno ini dilanjutkan dengan
langkah-langkah Suharto dkk lainnya, dengan « membersihkan » MPRS dan
DPR-GR dari golongan pro-PKI dan pro-Bung Karno, sehingga MPRS bisa
sepenuhnya dikuasai dan dimanipulasi oleh Suharto dkk. MPRS yang sudah
dikebiri atau dibikin loyo oleh Angkatan Darat inilah yang kemudian bisa
didesak untuk mencabut kedudukan Bung Karno sebagai presiden/panglima
tertinggi ABRI/pemimpin besar revolusi/mendataris MPRS.
Seperti sudah sama-sama kita saksikan sendiri, dengan diangkatnya
Suharto sebagai presiden dalam tahun 1968 oleh MPRS, maka negara dan
bangsa Indonesia telah dijerumuskan oleh Angkatan Darat yang dipimpin
Suharto dalam masa gelap selama puluhan tahun yang penuh dengan
pelanggaran HAM, kebejatan moral, kerusakan perikemunusiaan, kehancuran
kehidupan demokratis, dan hancurnya persatuan bangsa. Dari segi ini
dapatlah kiranya kita katakan dengan tegas bahwa Supersemar telah
mencelakakan bangsa dan negara.
ANGKATAN DARAT MENGKHIANATI BUNG KARNO DAN REVOLUSI
Berbagai tulisan yang sudah disiarkan di Indonesia dan di luarnegeri
menunjukkan dengan jelas tentang pengkhianatan golongan Angkatan Darat
yang dipimpin Suharto ini terhadap presiden Sukarno, terutama sekali
dengan menyalahgunakan Supersemar. Kejahatan Angkatan Darat ini tidak
saja karena pembantaian besar-besaran terhadap anggota dan simpatisan
PKI dan simpatisan Bung Karno, melainkan karena telah meneruskan
berbagai kejahatan dan pelanggaran HAM selama lebih dari 30 tahun.
Kalau dihitung jumlah orang yang jadi korban pembunuhan, dan yang
ditahan sewenang-wenang, dan orang-orang dari berbagai kalangan yang
menjadi korban peristiwa 65, ditambah dengan kejahatan-kejahatan lainnya
selama Orde Baru, maka tidak salahlah kalau ada orang-orang yang
mengatakan bahwa Angkatan Darat di bawah pimpinan Suharto merupakan
golongan bangsa yang telah mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi
rakyatnya sendiri.
Sejarah dan praktek-praktek Orde Baru menunjukkan dengan jelas bagi
banyak orang bahwa dengan menyalahgunakan Supersemar, Angkatan Darat di
bawah pimpinan Suharto bukan saja telah mengkhianati Bung Karno, tetapi
juga merusak cita-cita revolusi rakyat Indonesia. Angkatan Darat di
bawah pimpinan Suharto bukan saja telah menghancurkan PKI dan kekuatan
kiri lainnya, tetapi juga merusak secara serius dan besar-besaran banyak
tatanan demokratis dari kehidupan politik.
Singkatnya, di bawah pimpinan Suharto, Angkatan Darat telah merusak
Republik Indonesia, yang akibat parahnya masih kita saksikan sampai
sekarang di berbagai bidang kehidupan bangsa. Kerusakan yang disebabkan
berbagai kejahatan ini sudah demikian banyaknya dan juga demikian
besarnya sehingga sulit untuk diperbaiki dalam jangka dekat dan waktu
singkat. Banyak dari masalah-masalah parah dan rumit yang kita saksikan
dewasa ini adalah warisan atau akibat dari rejim militer Orde Baru, yang
dibangun oleh Angkatan Darat di bawah pimpinan Suharto.
TNI TELAH DIRUSAK OLEH SUHARTO
Peran busuk dan khianat yang sudah dimainkan oleh Angkatan Darat di
bawah pimpinan Suharto yang menyalahgunakan Supersemar untuk
menggulingkan presiden Sukarno dan kemudian mendirikan Orde Baru telah
berakhir (secara resminya !!!) dengan jatuhnya Orde Baru. Tadinya,
banyak orang mengira atau berharap bahwa TNI bisa mengubah dirinya, dan
tidak berjiwa dan bertindak lagi seperti selama rejim militer Orde Baru,
setelah Suharto tidak lagi menjadi presiden dan panglima tertinggi.
Tetapi, kerusakan di kalangan militer (terutama Angkatan Darat) yang
disebabkan pimpinan Suharto sudah sedemikian parahnya dan pembusukan
sudah sedemikian jauhnya, sehingga hanya sedikit sekali (kalau ada!)
perubahan dalam sikap mental atau moral mereka. Selama 32 tahun Suharto
telah memanjakan golongan militer, dan menjadikan mereka sebagai “kelas
istimewa” dalam kehidupan bangsa, yang berada di atas segala golongan
lainnya dalam masyarakat.
Perlakuan istimewa Suharto terhadap golongan militer ini adalah untuk
“membeli” kepatuhan atau kesetiaan mereka kepadanya. Oleh karena itu,
walaupun terjadi banyak kesalahan atau pelanggaran yang dibuat oleh
kalangan militer selama Orde Baru , Suharto tidak (atau jarang sekali !)
bertindak. Asal mereka patuh kepadanya. Itu sebabnya, maka banyak
pelanggaran HAM atau penyalahgunaan kekuasaan atau korupsi, yang banyak
dilakukan oleh pimpinan militer dari berbagai tingkatan dibiarkan saja
dan tidak ditindak.
Sekarang, ketika resminya Orde Baru sudah gulung tikar, dan Suharto
sudah dipaksa turun, maka adanya pimpinan militer seperti yang
dipertontonkan panglima Kodam Jaya,Mayjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo,
adalah pertanda bahwa pada pokoknya TNI-AD masih belum mengadakan
perubahan seperti yang dituntut oleh gerakan reformasi.
Menurut Detikcom 7 Maret yang lalu, “ia meminta masyarakat waspada
bangkitnya kembali gerakan komunisme. Hal itu bisa dilihat dari kegiatan
mereka yang belakangan ini makin nyata. Kegiatan seperti pameran budaya
di TIM yang digelar korban stigma Partai Komunis Indonesia (PKI) pada
22 Februari lalu dan bedah buku sejarah BTI dan PKI karangan Pramoedya
Ananta Toer, dinilainya sebagai bentuk konsolidasi partai berlambang
palu dan arit itu.
“Konsolidasi PKI itu dalam rangka menyusun kekuatan dan memulihkan
nama baik sebagai persiapan menghadapi Pemilu 2009. Targetnya, PKI bisa
masuk dalam percaturan politik Indonesia. Karena itu, imbuhnya, semua
pihak harus waspada dengan kemungkinan bangkitnya komunisme yang makin
intensif melakukan kegiatan, baik terbuka maupun tertutup.
“Selain pameran budaya dan bedah buku, indikasi bangkitnya PKI bisa
dilihat dari banyaknya aksi demo yang dilakukan para buruh tani dan
sejumlah aktivis mahasiswa dari kelompok kiri yang intinya minta
pencabutan Tap MPR 25/1966 tentang Pembubaran PKI, menghidupkan kembali
organisasi komunis dan membubarkan koter. Kodam Jaya dalam hal ini
intelijen tetap melakukan pemantauan terhadap aktivitas
kelompok-kelompok yang dianggap garis kiri. » (kutipan selesai).
Gaya dan isi pidato Mayjen Agustadi itu mengingatkan kita kepada
berbagai pernyataan dan pidato yang sering diucapkan tokoh-tokoh militer
selama 32 tahun Orde Baru. Dengan terus-menerus menyebarkan racun
anti-komunisme dan menjadikan PKI sebagai momok, rejim militer telah
melakukan terror untuk memberantas perlawanan dan membungkam oposisi
terhadap berbagai politik dan praktek mereka yang merugikan rakyat dan
demokrasi.
PERINGATAN BUNG KARNO KEPADA SUHARTO
Pidato Mayjen Agustadi seperti tersebut di atas menunjukkan juga
bahwa TNI-AD yang sekarang masih banyak dipengaruhi garis politik, jiwa
atau semangat TNI di bawah pimpinan Suharto, yang melakukan
pengkhianatan terhadap presiden Sukarno, panglima tertinggi ABRI pada
waktu itu.
Dalam kaitan ini, adalah menarik untuk menyimak kembali amanat
presiden Sukarno dalam upacara pelantikan Mayor Jenderal Suharto (pada
waktu itu) menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara pada
tanggal 16 Oktober 1965 (jadi, 15 hari sesudah peristwa G30S).
Dokumen yang berisi amanat presiden Sukarno ini tidak banyak
dipublikasikan dan bahkan sengaja “disembunyikan” oleh rejim militer
Orde Baru. Teks lengkapnya, yang cukup panjang, dapat dibaca dalam buku
“Revolusi Belum Selesai”, yang berisi kumpulan pidato-pidato presiden
Sukarno sesudah peristiwa G30S. Berikut di bawah ini adalah sedikit
cuplikan dari amanat yang panjang itu.
“Mayor Jenderal Soeharto,
Saya angkat Saudara menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat. Saudara bersedia mengucapkan sumpah atau janji?
Sumpah. (Jawab Mayjen Soeharto-red)
Menurut ajaran agama?
Islam. (Jawab Mayjen Soeharto-red)
Ikuti perkataan-perkataan saya.
(Sumpah diucapkan-red .)
(Sumpah selesai diucapkan –red.)
Syukur alhamdulillah, sumpah Menteri telah Saudara ucapkan.
(Kemudian presiden Sukarno bicara panjang lebar tentang revolusi
Indonesia, tentang G3OS, tentang peran nekolim yang mau mengganggu
jalannya revolusi rakyat Indonesia. Teks lengkapnya dapat dibaca pada
halaman 21 sampai 26 buku tersebut. Dalam amanatnya itu presiden Sukarno
memberi pesan kepada Mayor Jenderal Suharto sebagai berikut: )
“Saya perintahkan kepada Jenderal Mayor Soeharto, sekarang Angkatan
Darat pimpinannya saya berikan kepadamu, buatlah Angkatan Darat ini satu
Angkatan dari pada Republik Indonesia, Angkatan Bersenjata daripada
Republik Indonesia yang sama sekali menjalankan Panca Azimat Revolusi,
yang sama sekali berdiri diatas Trisakti, yang sama sekali berdiri
diatas Nasakom, yang sama sekali berdiri diatas prinsip Berdikari, yang
sama sekali berdiri atas prinsip Manipol-USDEK.
“Manipol-USDEK telah ditentukan oleh lembaga kita yang tertinggi
sebagai haluan negara Republik Indonesa. Dan oleh karena Manipol-USDEK
ini adalah haluan daripada negara Republik Indonesia, maka dia harus
dijunjung tinggi, dijalankan, dipupuk oleh semua kita. Oleh Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Kepolisian Negara. Hanya
jikalau kita berdiri benar-benar di atas Panca Azimat ini, kita
semuanya, maka barulah revousi kita bisa jaya.
“Soeharto, sebagai panglima Angkatan Darat, dan sebagai Menteri dalam
kabinetku, saya perintahkan engkau, kerjakan apa yang kuperintahkan
kepadamu dengan sebaik-baiknya. Saya doakan Tuhan selalu beserta kita
dan beserta engkau!.” (kutipan selesai)
Jadi, peristiwa ini menunjukkan bahwa Mayor Jendral Suharto sudah
mengucapkan sumpah di hadapan presiden Sukarno, yang berarti bahwa
sebagai Menteri dan Panglima Angkatan Darat ia seharusnya patuh kepada
presiden Sukarno yang juga panglima tertinggi Angkatan Bersenjata, dan
bahwa Suharto seharusnya menjalankan Panca Azimat revolusi, dan
menjunjung tinggi Manipol-USDEK yang menjadi haluan negara.
Kita semua tahu bahwa justru sumpah inilah yang telah dilanggar
secara khianat oleh Suharto, dan kemudian melanjutkan pengkhianatannya
dengan menyalahgunakan Supersemar selama 32 tahun dalam melaksanakan
politik busuk Orde Baru. Kita sekarang juga mengetahui bahwa perintah
presiden Sukarno telah dikentuti saja oleh Suharto. Yaitu perintah
presiden Sukarno kepada Suharto yang berbunyi “ buatlah Angkatan Darat
ini satu angkatan dari pada Republik Indonesia, Angkatan Bersenjata
daripada Republik Indonesia yang sama sekali menjalankan Panca Azimat
Revolusi, yang sama sekali berdiri diatas Trisakti, yang sama sekali
berdiri diatas Nasakom, yang sama sekali berdiri diatas prinsip
Berdikari, yang sama sekali berdiri atas prinsip Manipol-USDEK”.
Suharto, dengan mendapat dukungan penuh dari Angkatan Darat, Golkar,
dan berbagai kalangan reaksioner dalamnegeri (dan kekuatan nekolim
luarnegeri !!!), telah membuat Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
menjadi sasaran kebencian rakyat. Suharto juga membikin Orde Baru
mencampakkan Panca Azimat Revolusi, melecehkan Trisakti, membuang
Nasakom, mengingkari prinsip Berdikari, dan memusuhi Manipol-USDEK.
BANYAK YANG HARUS DIROBAH DAN DIBETULKAN
Mengingat banyaknya berbagai kejahatan dan pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh golongan militer (terutama Angkatan Darat) di bawah
pimpinan Suharto selama Orde Baru, maka sewajarnyalah (bahkan seharusnya
!!!) bahwa teks dalam buku-buku sejarah yang dipakai untuk pelajaran di
sekolah dasar, lanjutan dan perguruan tinggi yang bersangkutan dengan
Suharto, Supersemar, Orde Baru dan juga Angkatan Darat perlu dirobah
atau dibetulkan, menurut kebenaran sejarah.
Demikian juga segala teks dalam dokumen-dokumen negara yang masih
secara tidak benar tetap memuji-muji Supersemar, dan menyanjung-nyanjung
Suharto dan Orde Baru harus dibetulkan menurut kenyataan yang sudah
terjadi. Begitu juga halnya dengan segala monumen atau museum atau tugu
peringatan yang secara tidak benar menyajikan Suharto sebagai pemimpin
Angkatan Darat yang berjasa untuk negara dan bangsa. Sebab,
kenyataannya, Suharto dengan Angkatan Darat yang dipimpinnya, telah
menimbulkan kerusakan-kerusakan yang parah terhadap negara dan juga
menimbulkan berbagai penderitaan bagi rakyat.
Mengingat itu semua, maka perlulah kiranya kita semua sadar dan yakin
bahwa, untuk selanjutnya di kemudian hari, Angkatan bersenjata Republik
Indonesia harus sepenuhnya menjadi alat negara di bawah supremasi
sipil, seperti kebanyakan negara demokratis lainnya di seluruh dunia.
Seluruh kekuatan demokratis di Indonesia harus mencegah atau melawan
bersama-sama kembalinya Dwifungsi ABRI dalam bentuknya yang bagaimanapun
juga.
Kita semua (termasuk golongan-golongan yang demokratis dalam kalangan
militer sendiri) harus mencegah terulangnya masa gelap Orde Baru,
ketika golongan militer yang jumlahnya tidak melebihi 500.000 orang
telah mengangkangi negara – secara otoriter atau despotik – dan ratusan
juta rakyat (yang sekarang berjumlah lebih dari 230 juta orang), selama
lebih dari 32 tahun! Pengalaman pahit bangsa ini tidak boleh berulang
lagi, dalam bentuknya yang bagaimana pun juga!
Minggu, 22 November 2015
SEJARAH DAN KRONOLOGI G 30 SPKI
Sebenarnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah lama meniupkan hawa
perlawanan dan pemberontakan terhadap Indonesia. Kelompok ini
bersikeras untuk mengganti dasar negara Republik Indonesia, yakni
Pancasila menjadi negara yang berdasar asas komunis. Perlawanan PKI
yang tidak diterima oleh setiap kalangan ini, menjadikan kelompok ini
merencanakan sebuah rencana yang besar.
KRONOLOGIS PENUMPASAN PKI
1. Tanggal 1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.
2. Tanggal 2 Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD.
3. Tanggal 3 Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI – AD tersebut dibawah ke Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan tempat para perwira yang diculik dan dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12 meter, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.
4. Tanggal 4 Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali (karena ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari) yang diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO – AL dengan disaksikan pimpinan sementara TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut terlihat adanya kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum wafat.
5. Tanggal 5 Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.
6. Tanggal 6 Oktober 1965
Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang diambil dalam Sidang Kabinet Dwikora, para perwira TNI – AD tersebut ditetapakan sebagai Pahlawan Revolusi.
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI adalah sebuah kejadian yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang disebut sebagai usaha kudeta yang dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
Latar Belakang
PKI merupakan partai Stalinis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Sovyet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.
PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezim Demokrasi Terpimpin dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha menghindari bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI mementingkan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subyek karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ratusan ribu petani bergerak merampas tanah dari para tuan tanah besar. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah. Untuk mencegah berkembangnya konfrontasi revolusioner itu, PKI mengimbau semua pendukungnya untuk mencegah pertentangan menggunakan kekerasan terhadap para pemilik tanah dan untuk meningkatkan kerjasama dengan unsur-unsur lain, termasuk angkatan bersenjata.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik AS. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yang sama, jendral-jendral militer tingkat tinggi juga menjadi anggota kabinet.
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis "rakyat".
Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata di mana ia berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis".
Rejim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.
Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk pembentukan rejim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian "angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan petani yang bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi" angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan "angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan negara sedang diubah untuk memecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat negara.
Peristiwa
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.
Korban
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
• Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani,
• Mayjen TNI R. Suprapto
• Mayjen TNI M.T. Haryono
• Mayjen TNI Siswondo Parman
• Brigjen TNI DI Panjaitan
• Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tandean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
• AIP Karel Satsuit Tubun
• Brigjen Katamso Darmokusumo
• Kolonel Sugiono
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Pasca kejadian
Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan.
Pada tanggal 6 Oktober Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung "pemimpin revolusi Indonesia" dan tidak melawan angkatan bersenjata. Pernyataan ini dicetak ulang di koran CPA bernama "Tribune".
Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev, Mikoyan dan Kosygin mengirim pesan khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik...Kita mendengar dengan penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap tenang dan menghindari kekacauan...Imbauan ini akan dimengerti secara mendalam."
Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana di bulan Februari 1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha dengan segala kemampuan mereka untuk menghindari pengutukan atas penangkapan dan pembunuhan orang-orang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi terhadap rakyat Indonesia. Pendirian mereka mendapatkan pujian dari rejim Suharto. Parlemen Indonesia mengesahkan resolusi pada tanggal 11 Februari, menyatakan "penghargaan penuh" atas usaha-usaha perwakilan-perwakilan dari Nepal, Mongolia, Uni-Sovyet dan negara-negara lain di Konperensi Solidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan Amerika Latin, yang berhasil menetralisir usaha-usaha para kontra-revolusioner apa yang dinamakan pergerakan 30 September, dan para pemimpin dan pelindung mereka, untuk bercampur-tangan di dalam urusan dalam negeri Indonesia."
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Ia memerintah Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai" untuk mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh Suharto untuk melarang PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai Maret 1967. Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan rejim Sukarno-Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November, tetapi pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto.
Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang diketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan untuk disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis - perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara lainnya 2.000.000 orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.
Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasi muslim sayap-kanan melakukan pembunuhan-pembunuhan massa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu "terbendung mayat".
Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan puluhan ribu dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukan pembantaian keji terhadap mereka, majalah "Time" memberitakan:
"Pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang sedemikian sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan sanitasi yang serius di Sumatra Utara, di mana udara yang lembab membawa bau mayat membusuk. Orang-orang dari daerah-daerah ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yang benar-benar terbendung oleh mayat-mayat. Transportasi sungai menjadi terhambat secara serius."
Di Pulau Bali, yang sebelum itu dianggap sebagai kubu PKI, paling sedikit 35.000 orang menjadi korban di permulaan 1966. Di sana para Tamin, pasukan komando elite Partai Nasional Indonesia, adalah pelaku pembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus dari Frankfurter Allgemeine Zeitung bercerita tentang mayat-mayat di pinggir jalan atau dibuang ke dalam galian-galian dan tentang desa-desa yang separuh dibakar di mana para petani tidak berani meninggalkan kerangka-kerangka rumah mereka yang sudah hangus. Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh teman-teman mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota besar pemburuan-pemburuan rasialis "anti-Cina" terjadi. Pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai pemerintah yang mengadakan aksi mogok sebagai protes atas kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini dipecat.
Paling sedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi. Diperkirakan sekitar 110,000 orang masih dipenjarakan sebagai tahanan politik pada akhir 1969. Eksekusi-eksekusi masih dilakukan sampai sekarang, termasuk beberapa dozen sejak tahun 1980-an. Empat tapol, Johannes Surono Hadiwiyino, Safar Suryanto, Simon Petrus Sulaeman dan Nobertus Rohayan, dihukum mati hampir 25 tahun sejak kudeta itu.
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.
Pada 29 September - 4 Oktober 2006, diadakan rangkaian acara peringatan untuk mengenang peristiwa pembunuhan terhadap ratusan ribu hingga jutaan jiwa di berbagai pelosok Indonesia. Acara yang bertajuk "Pekan Seni Budaya dalam rangka memperingati 40 tahun tragedi kemanusiaan 1965" ini berlangsung di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok. Selain civitas academica Universitas Indonesia, acara itu juga dihadiri para korban tragedi kemanusiaan 1965, antara lain Setiadi, Murad Aidit, Haryo Sasongko, Sasmaja, dan Putmainah.
KRONOLOGIS PENUMPASAN PKI
1. Tanggal 1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.
2. Tanggal 2 Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD.
3. Tanggal 3 Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI – AD tersebut dibawah ke Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan tempat para perwira yang diculik dan dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12 meter, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.
4. Tanggal 4 Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali (karena ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari) yang diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO – AL dengan disaksikan pimpinan sementara TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut terlihat adanya kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum wafat.
5. Tanggal 5 Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.
6. Tanggal 6 Oktober 1965
Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang diambil dalam Sidang Kabinet Dwikora, para perwira TNI – AD tersebut ditetapakan sebagai Pahlawan Revolusi.
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI adalah sebuah kejadian yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang disebut sebagai usaha kudeta yang dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
Latar Belakang
PKI merupakan partai Stalinis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Sovyet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.
PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezim Demokrasi Terpimpin dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha menghindari bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI mementingkan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subyek karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ratusan ribu petani bergerak merampas tanah dari para tuan tanah besar. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah. Untuk mencegah berkembangnya konfrontasi revolusioner itu, PKI mengimbau semua pendukungnya untuk mencegah pertentangan menggunakan kekerasan terhadap para pemilik tanah dan untuk meningkatkan kerjasama dengan unsur-unsur lain, termasuk angkatan bersenjata.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik AS. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yang sama, jendral-jendral militer tingkat tinggi juga menjadi anggota kabinet.
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis "rakyat".
Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata di mana ia berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis".
Rejim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.
Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk pembentukan rejim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian "angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan petani yang bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi" angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan "angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan negara sedang diubah untuk memecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat negara.
Peristiwa
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.
Korban
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
• Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani,
• Mayjen TNI R. Suprapto
• Mayjen TNI M.T. Haryono
• Mayjen TNI Siswondo Parman
• Brigjen TNI DI Panjaitan
• Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tandean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
• AIP Karel Satsuit Tubun
• Brigjen Katamso Darmokusumo
• Kolonel Sugiono
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Pasca kejadian
Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan.
Pada tanggal 6 Oktober Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung "pemimpin revolusi Indonesia" dan tidak melawan angkatan bersenjata. Pernyataan ini dicetak ulang di koran CPA bernama "Tribune".
Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev, Mikoyan dan Kosygin mengirim pesan khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik...Kita mendengar dengan penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap tenang dan menghindari kekacauan...Imbauan ini akan dimengerti secara mendalam."
Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana di bulan Februari 1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha dengan segala kemampuan mereka untuk menghindari pengutukan atas penangkapan dan pembunuhan orang-orang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi terhadap rakyat Indonesia. Pendirian mereka mendapatkan pujian dari rejim Suharto. Parlemen Indonesia mengesahkan resolusi pada tanggal 11 Februari, menyatakan "penghargaan penuh" atas usaha-usaha perwakilan-perwakilan dari Nepal, Mongolia, Uni-Sovyet dan negara-negara lain di Konperensi Solidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan Amerika Latin, yang berhasil menetralisir usaha-usaha para kontra-revolusioner apa yang dinamakan pergerakan 30 September, dan para pemimpin dan pelindung mereka, untuk bercampur-tangan di dalam urusan dalam negeri Indonesia."
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Ia memerintah Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai" untuk mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh Suharto untuk melarang PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai Maret 1967. Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan rejim Sukarno-Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November, tetapi pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto.
Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang diketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan untuk disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis - perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara lainnya 2.000.000 orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.
Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasi muslim sayap-kanan melakukan pembunuhan-pembunuhan massa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu "terbendung mayat".
Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan puluhan ribu dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukan pembantaian keji terhadap mereka, majalah "Time" memberitakan:
"Pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang sedemikian sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan sanitasi yang serius di Sumatra Utara, di mana udara yang lembab membawa bau mayat membusuk. Orang-orang dari daerah-daerah ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yang benar-benar terbendung oleh mayat-mayat. Transportasi sungai menjadi terhambat secara serius."
Di Pulau Bali, yang sebelum itu dianggap sebagai kubu PKI, paling sedikit 35.000 orang menjadi korban di permulaan 1966. Di sana para Tamin, pasukan komando elite Partai Nasional Indonesia, adalah pelaku pembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus dari Frankfurter Allgemeine Zeitung bercerita tentang mayat-mayat di pinggir jalan atau dibuang ke dalam galian-galian dan tentang desa-desa yang separuh dibakar di mana para petani tidak berani meninggalkan kerangka-kerangka rumah mereka yang sudah hangus. Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh teman-teman mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota besar pemburuan-pemburuan rasialis "anti-Cina" terjadi. Pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai pemerintah yang mengadakan aksi mogok sebagai protes atas kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini dipecat.
Paling sedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi. Diperkirakan sekitar 110,000 orang masih dipenjarakan sebagai tahanan politik pada akhir 1969. Eksekusi-eksekusi masih dilakukan sampai sekarang, termasuk beberapa dozen sejak tahun 1980-an. Empat tapol, Johannes Surono Hadiwiyino, Safar Suryanto, Simon Petrus Sulaeman dan Nobertus Rohayan, dihukum mati hampir 25 tahun sejak kudeta itu.
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.
Pada 29 September - 4 Oktober 2006, diadakan rangkaian acara peringatan untuk mengenang peristiwa pembunuhan terhadap ratusan ribu hingga jutaan jiwa di berbagai pelosok Indonesia. Acara yang bertajuk "Pekan Seni Budaya dalam rangka memperingati 40 tahun tragedi kemanusiaan 1965" ini berlangsung di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok. Selain civitas academica Universitas Indonesia, acara itu juga dihadiri para korban tragedi kemanusiaan 1965, antara lain Setiadi, Murad Aidit, Haryo Sasongko, Sasmaja, dan Putmainah.
misteri kelahiran dan kematian soekarno
Soekarno
Semua orang di indonesia, bahkan luar negeri, tentu mengenal Soekarno dan Soeharto, mengutip wikipedia, Soekarno
Dr.(HC) Ir. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.
Misteri Kelahiran Soekarno
DNA kejadian dapat diperoleh dari nama Soekarno dan kelahiran beliau, Perhatikan arti nama Soekarno dan tanggal lahirnya yang membentuk sebuah memori ingatan yang nantinya akan terjadi pada kematian Soeharto. Sekali lagi perhatikan ilustrasi gambar berikut ini

- Tanggal lahir Ir.Soekarno adalah 6-6-1901, sebuah operasi mudah adalah 6+6+1+9+0+1=23
- Nama Soekarno membentuk susunan abjad , S=19,O=15,E=5, K=11,A=1,R=18,N=14 dan O=15, kesemuanya adalah 19+15+5+11+1+18+14+15=98
- Tgl lahir dan nama Soekarno membentuk 98+23=121
- Sebuah kode 121 yang merupakan tgl kematian Soeharto beserta namanya. Soeharto meninggal 27-1-2008 (2+7+1+2+0+0+8=20 dan nama Soeharto=101. Tgl kematian * nama Soeharto, 101+20=121

- Tanggal kematian Soeharto 27-1-2008, sebuah operasi mudah yakni 2+7+1+2+0+0+8=20
- Nama Soeharto membentuk susunan abjad, S=19,O=15,E=5,H=8,A=1,R=18,T=20 dan O=15, kesemuanya berjumlah 19+15+5+ 8+1+18+20+15=101
- Tgl kematian dan Nama soeharto membentuk 20+101=121
Misteri Kematian Soekarno

Mengutip wikipedia, Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional. Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik. Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan. Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:
Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saat meninggalnya.Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970. Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.[Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
Sebuah simbol 88 yang merupakan misteri kematian Soekarno, ada apakah 88 ini ? perhatikan gambar dibawah ini, bahwa kelahiran Soekarno banyak versi, salah satunnya menyebutkan di surabaya, tiada lain surabaya juga bernilai 88 dan versi lain menyebutkan lahir dekat dengan gunung kelud,
Presiden RI Pertama Soekarno yang dilahirkan dua pekan setelah Gunung Kelud meletus pada 22-23 Mei 1901 pukul 06.00 WIB dari pasangan suami istri, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada 6 Juni 1901.
Sebelumnya Soekarno bernama Koesno Soesrodihardjo namun karena sering sakit-sakitan hingga namanya diganti menjadi Soekarno. Ibundanya berkata, “Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar menyingsing.”Kita orang Jawa mempunyai kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu! Jangan sekali-kali kau lupakan Nak, bahwa engkau ini putra sang fajar”.
Makna Kelahiran & Kematian Soekarno
DNA kejadian kelahiran dan kematian SOEKARNO membentuk sebuah kode DNA Kejadian 121 yang melekat pada diri kelahiran soekarno,dan kode DNA kejadian 88 yang melekat pada beliau meninggal. Apakah arti DNA kejadian tsb ?
Perhatikan ketika Soekarno lahir dengan mengemban kode DNA berkode 121, yang dapat di-ekstrak menjadi sebuah kode DNA yagn lain sesuai gambar dibawah ini


Alenia KetigaSebuah cita-cita yang luhur untuk selalu mendekatkan diri padaNya sebagai kemerdekaan adalah ““Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” bukan hadiah dari Jepang atau lainnya,
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”
Pengakuan ‘nilai religius’ dalam pernyataan “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa” mengandung makna bahwa Negara Indonesia mengakui nilai-nilai religious, amerupakan dasar dari hokum positif negara maupun dasar moral negara. Pengakuan ‘nilai moral’ yang terkandung dalam pernyataan “didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas” mengandung makna bahwa negara dan bangsa Indonesia mengakui nilai-nilai moral dan hak kodrat segala bangsa. Pernyataan kembali ke proklamasi dalam kalimat ”…maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Hal ini dimaksudkan sebagai penegasan dan rincian lebih lanjut naskah Proklamasi 17 Agustus 1945.
Seiring perjalanan waktu, maka usaha demi usaha sebagai bentuk menggapai tujuan negara, Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial …”.
Dari rumusan tersebut, tersirat adanya tujuan nasional/Negara yang ingin dicapai sekaligus merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh Negara, yaitu:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
Dalam perjalanannya sebuah peristiwa yang kela, yang dengan peristiwa itu Soekarno ter’jungkal’ dari kepresidenan.Peristiwa tersebut adalah G30SPKI, mengutip wikipedia,
Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.

Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya—berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat—menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.Kemudian Soekarno wafat 21-juni-1970, yang membentuk 88, maka G 30 SPKI yang membentuk kode 33, akhirnya sebuah operasi yang mudah menjadi 88+33=121 [SAMA PERSIS DENGAN KELAHIRAN SOEKARNO & KEMATIAN SOEHARTO]

Memori Untuk Tidak Berulang
Penjelasan demi penjelasan diatas menunjukkan DNA kejadian akan sebuah peristiwa yang terjadi, perhatikan bahasa alam ketika setahun setelah kematian pak Harto tgl 27-januari-2008 (baca [Misteri Kematian Soeharto] Mengapa Tepat pkl 01.10 PM ?), maka tepat setahun berikutnya, atau 44 tahun ketika G 30 S PKI yang terjadi tahun 1964, maka 44 tahun berikutnya, tepat 30-september-2009, sebuah gempa besar mengguncang indonesia, yang dikenal sebagai gempa padang. Perhatikan gambar dibawah ini


Sebuah kesimpulan akan peristiwa 44 tahun yang lalu ketika G 30 S PKI terjadi tgl 30-9-1965, maka 44 tahun berikutnya Gempa padang terjadi yang membentuk 66 (tgl lahir Soekarno) dan jumlah terjadinya gempa padang 30-9-2009 membentuk 23, sama persis dengan kelahiran Soekano tgl 6-6-1901 yang membentuk 6+6+1+9+0+1=23 juga.

Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.Hubungan istimewa apakah Soekarno dengan Padang, hingga ketika 44 tahun G 30 S PKI, kota padang terkena gempa dahsyat 30-9-2009, mengutip sumber internet, bung Karno dengan Kota Padang
Belanda ingin membawa Bung Karno ke Australia melalui Padang, Sesampainya di Padang, kapal yang hendak membawa Bung Karno meledak terkena bom Jepang. Setelah itulah Soekarno ditinggalkan oleh pihak Belanda di Padang.
Melihat suasana kota Padang yang tidak lagi stabil lantaran pendudukan Jepang, Bung Karno berusaha membangun sebuah organisasi masyarakat yang nantinya bisa berunding dengan tentara Jepang. Setelah masuk kota, kebetulan ada sebuah organisasi kecil, yaitu organisasi pedagang. Bung Karno menemui ketuanya lalu menganjurkan supaya ketua organisasi pedagang itu mengadakan rapat umum di lapangan. Dalam rapat ini Bung Karno berhasil membentuk apa yang disebut “Komando Rakyat,” yang oleh Bung Karno diberikan tugas sebagai pemerintah sementara dan untuk menjaga ketertiban.
Pindah ke Jakarta
Kesuksesan yang dilakukan Bung Karno di Padang tidak bertahan lama dalam mengendalikan kekerasan yang sangat mungkin terjadi akibat rakyat Indonesia yang bersikap memusuhi Jepang dan dari pihak Jepang sendiri yang cenderung bertindak kasar. Sebab, otoritas Jepang menghendaki Bung Karno segera dikirim ke Jakarta.
Setibanya di Jakarta, ia dijemput Anwar Cokroaminoto, Hatta dan Sartono sahabat lama sekaligus teman perjuangan Bung Karno. “Hatta berbisik, ‘bagaimana pendapat Bung Karno mengenai pendudukan ini?’ aku membisikkan kembali, ‘jepang tidak akan lama disini’. Mereka akan kalah dan kita akan menghancurkan mereka. Inipun asal kita tidak menentang mereka secara terang-terangan”.
Keesokan harinya, Bung Karno menemui Jenderal Imamura, Panglima Tentara Darat Jepang ke XVI, di bekas Istana Gubernur Jenderal untuk membicarakan beberapa hal. Kemudian pada bulan Maret 1943, Jepang menugaskan Bung Karno menyusun organisasi yang akan menyalurkan bantuan riil kepada Jepang dalam “Perang Asia Timur Raya.” Organisasi ini diberi nama PUTERA, yaitu kepanjangan dari Pusat Tenaga Rakyat. Salah satu tugasnya ialah membangkitkan semangat rakyat agar membenci Amerika, Inggris, dan Belanda.
‘Roh’ Soekarno Muncul Kembali ?
Penjelasan demi penjelasan diatas, untuk menemukan DNA kejadian yang dapat dijadikan sumber sebagai sesuatu yang berulang kembali, maka Gunung Kelud kembali meletus dahsyat (baca Penampakan Raksasa Hitam Saat Gunung Kelud Meletus) dan Anehnya juga memuat 66 seperti gempa padang, perhatikan gambar berikut ini,




[UPDATE] Perhatikan dengan jelas ketika peringatan G 30 S PKI yang ke 44 jatuh tahun 2009 yang bertepatan dengan gempa padang, hingga sebuah 44, baik dari Soekarno dan Jokowidodo yang membentuk 121, maka 121-44 adalah 77, perhatikan denganbenar JOKOWIDODO adalah presiden ke 7 dan Cincin raksasa G. Slamet muncul tgl 11-9-2014, maka 119 = (7×17), terjadi di tahun 2015, ketika Jokowi Presiden ke 7 bertemu dengan Raja Arab ke 7 terjadi Crane Roboh di Mekkah 11-9-2015 dan 7+17=24, tgl 24-9-2015 terjadilan Tragedi Mina,KODE DNA kejadian 121 adalah sebuah ingatan dari ‘roh’ soekarno untuk lebih mendekat padaNya sebagai bentuk manifestasi tujuan berdirinya negeri ini
Jokowi Presiden ke 7, di-ingatkan akan tantangan bangsa yang besar sebagaimana 121=77+44,

Begitu banyak perulangan demi perulangan dan keteraturan, terlalu kompleks jika hanya kebetulan semata, siapakah yang mengatur keteraturan ini ?Sebuah 88 yang populer, baca tiga gempa di Indonesia membentuk makna berulang, Ajaib, Adanya Susunan Simbol Tuhan Pada Tsunami Aceh, Gempa Yogya & Tasikmalaya
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang yakin.dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS:51 ayat 20-21)
[Update], Tulisan ini dibuat sebelumnya, dan film diatas menunjukkan simbol 37 pada tiga gempa di indonesia, hingga terjadi lagi di MINA, jika A= 1=b=2 dst, maka MINA=37, [Update … 99+99+88 hari setelah Longsor BanjarNegara di tanggal
MARI KENALI PENYAKIT HIV/ AIDS !
Hai sobat!! Kali ini saya akan membahas mengenai penyakit HIV /AIDS, mungkin kalian sudah ada yang tau mengenai penyakit ini , bagi yang belum tau baca yuk! :) ;)
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh , sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit lain yang mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus (jasad sub – renik ) yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh , sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit lain yang mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus (jasad sub – renik ) yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Sasaran penyerangan HIV adalah system kekebalan tubuh, terutama sel limfosit T4 atau disebut juga CD4-T. Selama terinfeksi, limfosit menjadi media pengembangbiakan virus. Jika sel limfosit T4 mati , maka virus dengan bebas akan menyerang sel limfosit T4 yang masih sehat, akibatnya daya tahan tubuh akan menjadi menurun , dan akhirnya system kekebalan tak dapat melindungi tubuh.
BAGAIMANA MENGETAHUI SESEORANG MENGIDAP HIV ?
Sejak tertular hingga mendapat infeksi oportunitis tidak mudah menyatakan seseorang mengidap HIV hanya dengan melihat fisik saja. Penyakit ini secara dini hanya bisa diketahui jika dilakukan dengan tes uji laboratorium. Pengujian dilakukan dengan mengukur adanya zat anti (Antibodi) dalam darah penderita. Dalam hal ini , seseorang yang tertular HIV melampaui tahapan / stadium sebagai berikut :
1. Stadium Inkubasi
Virus menginfeksi tubuh dan bersembunyi dalam sel darah putih. Umumnya, belum ada gejala apa- apa. Sebagian orang mungkin merasa lelah , kehilangan selera makan sedikit , pembengkakan pada kelenjar getah bening ( diketiak , leher dan paha ). Pada masa ini , HIV dalam darah belum dapat ditentukan. Namun penderita sudah bisa menularkan HIV ke orang lain.
2. Stadium awal ( Window Period)
Sesudah 3- 6 bulan , baru pemeriksaan darah tersebut akan menunjukkan tanda HIV positif atau disebut seropositif. Artinya , dalam tubuh orang tersebut telah terbentuk zat anti (antibody) terhadap virus HIV. Seseorang seropositif HIV kemungkinan akan tetap sehat atau hanya menderita tanda atau gejala sakit biasa. Penderita kadang hanya mengalami pembengkakan kelenjar getah bening , penurunan berat badan , berkeringat , diare, dan beberapa infeksi ringan.
3. Stadium tenang
Masa ini umumnya berjalan sekitar 2-10 tahun ( rata- rata 5 tahun ). Pada masa ini , penderita secara fisik mungkin kelihatan normal atau hanya sakit ringan yang umum. Namun , secara perlahan HIV akan menghancurkan system kekebalannya.
4. Stadium AIDS
Pada masa ini , virus akan mengahancurkan sebagian besar atau seluruh system kekebalan tubuh sehingga tubuh mulai tampak adanya infeksi oportunitis. Contohnya adalah radang paru paru, kanker kulit , TBC, penyakit saraf , penyakit – penyakit saluran pencernaan , dan berbagai kanker lainnya. Penyakit ini sulit di sembuhkan, umunya jika keadaan penderita semakin memburuk, penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian.
BAGAIMANA CARA MENGOBATI PENDERITA AIDS?
Saat ini sudah ada obat yang cukup canggih , yang dapat memperlambat kegiatan HIV menginfeksi sel limfosit yang masih sehat. Obat ini disebut sebagai obat antiretroviral. Dalam mengkonsumsi obat HIV tidak boleh dengan satu jenis obat saja. Sedikitnya kita harus memakai dua kombianasi obat , agar terapi ini dapat efektif untuk jangka waktu lama , sebaiknya kita memakai kombinasi tiga obat. Terapi ini disebut sebagai terapi Antiretroviral atau ART.
ARV dulu memang sangat mahal. Namun, belakangan ini harganya terus menurun. Pada Oktober 2003, harga kombinasi tiga obat generic sebesar Rp. 300.000 / bulan dan ada kemungkinan turun lagi. Meski begitu , harga ini masih di luar kemampuan sebagian besar penderita AIDS. Jika masa aids telah tiba , hal ini dapat dilihat dari jumlah CD4 yang mencapai angka di bawah 200.
Kerusakan yang disebabkan oleh infeksi HIV Adalah sel darah putih yang disebut sel CD4 (bagian dari sel limfosit ). Sel ini sangat penting bagi system kekebalan tubuh, jika jumlahnya kurang system tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan untuk melawan infeksi. Untuk mengetahui jumlah CD4 hanya bisa dilakukan melalui tes darah khusus. Jumlah CD4 normal pada saat sehat adalah 500 – 1000. Setalah terkena infeksi HIV, jumlahnya turun terus menerus, jadi jumlah ini mencerminkan kesehatan system kekebalan tubuh.
Masa aids tiba ketika jumlah CD4 lebih kecil dari 200. Pada tahap ini , status system kekebalan tubuh dapat dikatakan rusak dan membuat infeksi oportunitis (IO) Akan menyerang tubuh. Untuk mempertahankan jumlah CD4 dalam batas normal, pengidap HIV dapat mengkonsumsi ARV4.
- Semoga Bermanfaat - :)
- Semoga Bermanfaat - :)
REMAJA RAWAN MENJADI PEROKOK AKTIF
Menurut data terbaru Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, 18,3 % pelajar Indonesia mempunyai kebiasaan merokok. Data perokok rata – rata masyarakat Indonesia ( usia 15 tahun keatas ) adalah sekitar 30% artinya jumlah remaja perokok di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Jumlah orang yang merokok aktif adalah 900.000.000 sampai saat ini. Hampir empat kali lipat dari jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2013. Apakah kalian tau betapa mengerikan nya dampak negative rokok saat ini ? dan rokok adalah cara bunuh diri paling nikmat.
Remaja adalah masa transisi dari anak – anak menuju dewasa Mereka cenderung mempunyai rasa ingin tahu dan coba coba yang sangat besar. Remaja ibaratnya adalah kertas kosong , dimana lingkungan sekitar adalah tinta dan orang – orang dewasa adalah kuas yang menggambarkan bagaimana masa depan mereka.
Salah satu alasan kenapa remaja dapat terjerumus menjadi perokok adalah tidak lain dan tidak bukan karena lingkungan sekitar yang membentuk para remaja menjadi perokok , atau adanya masalah keluarga yang membuat remaja tersebut bergaul dengan teman nya yang tidak benar, dan menjadi perokok untuk melampiaskan kebosanan nya. Apa factor yang membuat remaja menjadi perokok
1. Pola pikir remaja mengenai rokok
Dalam pikiran remaja yang terjerumus menjadi perokok , mereka berpikiran bahwa rokok itu gaul ,keren, keliatan pintar , modern padahal sebaliknya . orang yang merokok itu bodoh , dan kampungan , mengapa mereka berpikiran seperti itu ? karena kita dibentuk dengan cara yang salah , lihatlah orangtua , guru atau pedagang yangmerokok , mereka tidak malu dan merasa tidak bersalah merokok di depan anak – anak. Solusi untuk factor ini adalah pendidikan , yakni pemerintah harus memasukkan pendidikan tentang rokok sejak usia dini , karena system pendidikan kita yang slalu menekankan nilai bukan moral maka semakin hal semakin banyak remaja yang terjerumus ke hal – hal negative
2. Pandangan remaja terhadap rokok
Remaja yang merokok terlihat seperti orang kampungan dan bodoh , bukan terlihat keren karena banyak teman – teman yang merokok. Namun sayangnya dalam padangan remaja yang telah terjerumus menjadi perokok mereka menganggap bahwa rokok itu sesungguhnya terlihat keren dan menambah kegagahan. Solusi untuk factor ini adalah : pemerintah harus bergerak untuk tidak menampilkan iklan rokok di televise , dikoran atau dimanapun itu dan jika terpaksa harus menampilkan dilarang keras untuk menampilkan perokok yang memberi kesan positif ke remaja. Sepertinya untuk solusi factor ini sudah dilaksanakan karena di televisi untuk iklan rokok tidak ada orang yang merokok tetapi pemandangan yang indah.
3. Peran media
Factor ketiga ini yang menyebabkan factor pertama dan kedua muncul m factor inilah yang harus kita atasi jika kita ingin Indonesia sehat tanpa rokok. Mengapa demikian ? mengapa saya menyatakan seperti itu ?
- lihatlah iklan rokok di televise , media cetak , bahkan media social. Betapa gagahnya orang yang merokok di kelilingi banyak perempuan dll
- Peran media selanjutnya adalah media promosi. Mungkin di beberapa sekolah setelah keluar gerbang Sekolah tempat kita di didik dan mencari ilmu , kurang dari 15 meter dari gerbang sekolah terdapat papan iklan , baliho tentang kerennya merokok, dan hanya jarak 10 meter kita dapat mendapatkan rokok di warung dekat sekolah dan berkumpul dengan teman- teman diwarung tersebut. Bayangkan betapa besarnya godaan remaja untuk merokok
Meski telah ada undang undang yang mengatur tentang rokok , dan sanksi bagi para perokok tetapi tetap saja masih banyak yang melanggar.dan sampai saat ini pemerintah tidak pernah bertindak tegas untuk menangani masalah ini.
Menurut data terbaru Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, 18,3 % pelajar Indonesia mempunyai kebiasaan merokok. Data perokok rata – rata masyarakat Indonesia ( usia 15 tahun keatas ) adalah sekitar 30% artinya jumlah remaja perokok di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Jumlah orang yang merokok aktif adalah 900.000.000 sampai saat ini. Hampir empat kali lipat dari jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2013. Apakah kalian tau betapa mengerikan nya dampak negative rokok saat ini ? dan rokok adalah cara bunuh diri paling nikmat.
Remaja adalah masa transisi dari anak – anak menuju dewasa Mereka cenderung mempunyai rasa ingin tahu dan coba coba yang sangat besar. Remaja ibaratnya adalah kertas kosong , dimana lingkungan sekitar adalah tinta dan orang – orang dewasa adalah kuas yang menggambarkan bagaimana masa depan mereka.
Salah satu alasan kenapa remaja dapat terjerumus menjadi perokok adalah tidak lain dan tidak bukan karena lingkungan sekitar yang membentuk para remaja menjadi perokok , atau adanya masalah keluarga yang membuat remaja tersebut bergaul dengan teman nya yang tidak benar, dan menjadi perokok untuk melampiaskan kebosanan nya. Apa factor yang membuat remaja menjadi perokok
1. Pola pikir remaja mengenai rokok
Dalam pikiran remaja yang terjerumus menjadi perokok , mereka berpikiran bahwa rokok itu gaul ,keren, keliatan pintar , modern padahal sebaliknya . orang yang merokok itu bodoh , dan kampungan , mengapa mereka berpikiran seperti itu ? karena kita dibentuk dengan cara yang salah , lihatlah orangtua , guru atau pedagang yangmerokok , mereka tidak malu dan merasa tidak bersalah merokok di depan anak – anak. Solusi untuk factor ini adalah pendidikan , yakni pemerintah harus memasukkan pendidikan tentang rokok sejak usia dini , karena system pendidikan kita yang slalu menekankan nilai bukan moral maka semakin hal semakin banyak remaja yang terjerumus ke hal – hal negative
2. Pandangan remaja terhadap rokok
Remaja yang merokok terlihat seperti orang kampungan dan bodoh , bukan terlihat keren karena banyak teman – teman yang merokok. Namun sayangnya dalam padangan remaja yang telah terjerumus menjadi perokok mereka menganggap bahwa rokok itu sesungguhnya terlihat keren dan menambah kegagahan. Solusi untuk factor ini adalah : pemerintah harus bergerak untuk tidak menampilkan iklan rokok di televise , dikoran atau dimanapun itu dan jika terpaksa harus menampilkan dilarang keras untuk menampilkan perokok yang memberi kesan positif ke remaja. Sepertinya untuk solusi factor ini sudah dilaksanakan karena di televisi untuk iklan rokok tidak ada orang yang merokok tetapi pemandangan yang indah.
3. Peran media
Factor ketiga ini yang menyebabkan factor pertama dan kedua muncul m factor inilah yang harus kita atasi jika kita ingin Indonesia sehat tanpa rokok. Mengapa demikian ? mengapa saya menyatakan seperti itu ?
- lihatlah iklan rokok di televise , media cetak , bahkan media social. Betapa gagahnya orang yang merokok di kelilingi banyak perempuan dll
- Peran media selanjutnya adalah media promosi. Mungkin di beberapa sekolah setelah keluar gerbang Sekolah tempat kita di didik dan mencari ilmu , kurang dari 15 meter dari gerbang sekolah terdapat papan iklan , baliho tentang kerennya merokok, dan hanya jarak 10 meter kita dapat mendapatkan rokok di warung dekat sekolah dan berkumpul dengan teman- teman diwarung tersebut. Bayangkan betapa besarnya godaan remaja untuk merokok
Meski telah ada undang undang yang mengatur tentang rokok , dan sanksi bagi para perokok tetapi tetap saja masih banyak yang melanggar.dan sampai saat ini pemerintah tidak pernah bertindak tegas untuk menangani masalah ini.
Selasa, 17 November 2015
Lirik Lagu Hilang + Puisi Ost Cinderella - Susan Neva Ft. Udjo
LIRIK LAGU HILANG
Ost Cinderella
Tersenyumlah saat kau mengingatku
Karna saat itu aku sangat merindukanmu
Dan menangislah saat kau merindukanku
Karna saat itu aku tak berada disampingmu
Tetapi penjamkanlah mata indahmu itu
Karna saat itu aku akan terasa ada di dekatmu Karna aku telah berada di hatimu untuk selamanya
Tak ada yang tersisa lagi untukku selain kenangan - kenangan yang indah bersamamu
Mata indah yang dengan nya aku biasa melihat keindahan cinta
Mata indah yang dahulu adalah milik ku
Kini semuanya terasa jauh meninggalkan ku
Kehidupan terasa kosong tanpa keindahan mu
Hati, Cinta, dan Rindu ku adalah milik mu
Cintamu tak kan pernah membebaskan ku
Bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain ?
Saat sayap - sayap ku telah patah karena mu
Cintamu akan tetap tinggal bersamaku hingga akhir hayatku dan setelah kematian
Hingga tangan tuhan akan menyatukan kita lagi
Betapa pun hati telah terpikat pada sosok terang dalam kegelapan
Yang tengah menghidupkan sinar redupku namun tak dapat menyinari dan menghangatkan perasaanku yang sesungguhnya
Aku tidak pernah bisa menemukan cinta yang lain selain cintamu karna mereka tak tertandingi oleh sosok dirimu dalam jiwaku
Kau takkan pernah terganti bagai pecahan logam mengekalkan
Kesunyian , kesendirian , dan kesedihanku kini aku tlah kehilangan mu
Ost Cinderella
Tersenyumlah saat kau mengingatku
Karna saat itu aku sangat merindukanmu
Dan menangislah saat kau merindukanku
Karna saat itu aku tak berada disampingmu
Tetapi penjamkanlah mata indahmu itu
Karna saat itu aku akan terasa ada di dekatmu Karna aku telah berada di hatimu untuk selamanya
Tak ada yang tersisa lagi untukku selain kenangan - kenangan yang indah bersamamu
Mata indah yang dengan nya aku biasa melihat keindahan cinta
Mata indah yang dahulu adalah milik ku
Kini semuanya terasa jauh meninggalkan ku
Kehidupan terasa kosong tanpa keindahan mu
Hati, Cinta, dan Rindu ku adalah milik mu
Cintamu tak kan pernah membebaskan ku
Bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain ?
Saat sayap - sayap ku telah patah karena mu
Cintamu akan tetap tinggal bersamaku hingga akhir hayatku dan setelah kematian
Hingga tangan tuhan akan menyatukan kita lagi
Betapa pun hati telah terpikat pada sosok terang dalam kegelapan
Yang tengah menghidupkan sinar redupku namun tak dapat menyinari dan menghangatkan perasaanku yang sesungguhnya
Aku tidak pernah bisa menemukan cinta yang lain selain cintamu karna mereka tak tertandingi oleh sosok dirimu dalam jiwaku
Kau takkan pernah terganti bagai pecahan logam mengekalkan
Kesunyian , kesendirian , dan kesedihanku kini aku tlah kehilangan mu
*
Hilang semua janji semua mimpi mimpi indah
Hilang semua janji semua mimpi mimpi indah
Hancur hati ini melihat semua ini
Lenyap telah lenyap kebahagiaan di hati
Ku hanya bisa menangisi semua ini
Hancur hati ini melihat kau telah pergi
Langit menjadi gelap berkelabu menyelimuti hatiku
Mengubah seluruh hidupku
Mengapa semua jadi begini perpisahan yang terjadi diantara kita berdua
Ku akan menanti sebuah keajaiban yang membuat kita bisa bersama kembali.
Back to *
Back to *
Langganan:
Postingan (Atom)